BANDARLAMPUNG-Pendidikan Pancasila kedepan akan menjadi mata pelajaran dan masuk di dalam kurikulum mata pelajaran sekolah.
Demikian diungkapkan Anggota DPRD Kota Bandar Lampung Dedi Yuginta dalam sosialisasi Pembinaan Ideologi Pancasila dan wawasan kebangsaan (PIP-WK) di Kelurahan Kota Baru, Rabu, (21/06/2023). “Pancasila dan wawasan kebangsaan tidak bisa dipisahkan. Namun demikian juga, Pancasila ke depan akan masuk lagi dalam kurikulum pendidikan sekolah. Hal ini dilakukan untuk menambah rasa kebangsaan dan cinta tanah air kepada seluruh rakyat Indonesia,” ujarnya.
Politisi PDI-Perjuanhan Dedi Yuginta menjelaskan, saat ini di era globalisasi yang serba canggih dengan berbasis internet semua dengan mudah dapat diakses. Dengan perkembangan jaman dan canggihnya teknologi, tentunya banyak budaya dari luar yang masuk dan tentunya tidak cocok dengan budaya bangsa Indonesia.
Nah, dengan demikian adanya ideologi pancasila dan dengan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam ajaran pancasila, maka budaya luar yang masuk dapat di saring. “Bangsa Indonesia adalah bangsa yang berbudaya, Pancasila jadi penyaring budaya luar, karena budaya luar tidak cocok dengan budaya Indonesia. Jaga persatuan Indonesia dan cinta kepada tanah air,” paparnya.
Sementara, narasumber yang juga sebagai tenaga ahli pimpinan DPRD Bandarlampung, Suheli menjelaskan, bahwa Pancasila tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Nah, Sila pertama Pancasila yakni ketuhanan yang maha Esa, implementasinya adalah saling menghormati sesama antar umat agama, saling toleransi dengan agama lain.
Selanjutnya, Sila ke dua kemanusiaan yang adil dan beradab, maknanya adalah mengakui kesamaan hak dan sosial di mata hukum. Disini juga semua bangsa Indonesia sama, tidak membedakan suku, budaya, adat dan juga agama.
Sikat ke-tiga, Persatuan Indonesia, implementasi Sila ke tiga ini salah satunya adalah melestarikan budaya dan adat istiadat dan menggunakan bahasa persatuan bahasa Indonesia. Semua suku baik Jawa, Batak, Lampung, Sunda, Sulawesi, Kalimantan dan lainnya, setelah bekumpul jadi satu tetap menggunakan bahasa persatuan yakni Bahasa Indonesia.
Sila ke-Empat implementasi Sila ini adalah musyawarah mufakat dalam mengambil keputusan dan saling toleransi dengan sesama. Dan Sila ke lima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sila ini dalam kehidupan sehari-hari menghomati hak orang lain.
Di tempat yang sama, narasumber ke-dua Tunas Budi Lukito politisi dari PDI-P ini menjelaskan tentang wawasan kebangsaan, menurut dia Wawasan kebangsaan adalah cara pandang hidup terhadap bangsa. Di dalam wawasan kebangsaan terdapat empat pilar kebangsaan yakni UUD 1945, Pancasila Bhinneka Tunggal Ika dan juga NKRI. (ron)