KEBERANIAN Partai Nasional Demokrat (NasDem) mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai capresnya tentu bukan keberanian yang ujug-ujug alias tanpa basis ideologi yang kuat.
Surya Paloh sebagai Ketua Umum yang sarat akan pengalaman panjang di dunia politik tentu punya alasan rasional dibalik keputusan ia dan partainya berani mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai capres.
Selain sarat akan pengalaman politik yang panjang, saya menduga keputusan Surya Paloh mengusung Anies Baswedan lebih kepada persoalan kesamaan soal visi kebangsaan. Anies dan NasDem dalam perjalanannya sama-sama mengusung nilai-nilai kebangsaan yang berbasis pada Pancasila dan konstitusi kita.
Tentu alasan semacam ini cukup relevan di tengah massifnya serbuan atau infiltrasi ideologi asing yang sudah menyusup jauh ke dalam sendi dan pikiran bangsa ini.
Kondisi semacam inilah saya kira yang jadi refleksi mendalam Surya Paloh dibalik keputusannya mengusung Anies Baswedan sebagai capres.
Keberanian NasDem Pilih Anies Baswedan di Tengah Budaya Pragmatisme
Kebiasaan partai politik di kita dalam menentukan jagoan yang akan diusungnya biasanya bersandar pada beberapa hal.
Pertama, jagoan yang diusung apakah memenuhi standar lembaga survei (elektabilitas tinggi). Meski riset yang dilakukan lembaga survei juga sebenarnya patut dipertanyakan independensinya. Tantang saja lembaga-lembaga survei itu untuk mau beberkan atau publish kuisioner yang mereka ajukan ke publik sehingga hasilnya begitu (menempatkan si A, B, C elektabilitasnya sekian dan sekian).
Kedua, seberapa besar kekuatan finansial jagoan yang akan diusungnya. Syarat ini digunakan sebagai alasan untuk menggerakkan mesin partai.
Ketiga, apakah jagoan yang diusung type jagoan yang bisa diajak kompromi. Atau bahkan bisa disetir. Biasanya syarat ini jadi komponen penting bagi parpol dalam meminang jagoannya.
Jika menilik dari kebiasaan tersebut di atas, partai NasDem berani mengesampingkan itu semua.
Buktinya: Pertama, Anies dari sisi elektabilitas sejumlah lembaga survei tidak pernah menempati ranking pertama, tapi NasDem tak terpengaruh akan hal itu.
Kedua, dari sisi finansial, Anies Baswedan bukanlah seseorang yang bejibun harta bendanya. Dia hanyalah seorang abdi negara yang mencurahkan tenaga dan pikirannya untuk mendidik anak bangsa. Terakhir, tanpa ada proses kompromi (point ketiga) NasDem memantapkan pilihannya kepada Anies Baswedan.
NasDem secara gamblang atau eksplisit ingin menunjukkan bahwa budaya pragmatisme mesti dihindari dalam menentukan calon pemimpin bangsa ke depan. Jika pragmatisme jadi alat ukur dalam memilih calon pemimpin maka, kerugian dan kerusakan yang akan ditanggung bangsa dan negara ini. Saya kira pesan inilah yang coba ditunjukkan NasDem kepada bangsa ini.
NasDem bahkan berani mengusung sejak dini Anies Baswedan sebagai capres semata untuk menghindari kesan adanya bargain. Semakin lama ditunda, semakin terbuka lebar potensi tawar menawar kekuasaan dengan sang calon, biasanya seperti itu. NasDem menghindari itu semua demi kepentingan bangsa dan negara yang jauh lebih luas.
NasDem Hadirkan Pilihan Rasional Bagi Generasi Muda
Dengan dipilihnya Anies Baswedan saya kira NasDem sangat peka dengan harapan generasi muda akan calon pemimpinnya. Pilihan yang sangat rasional.
Anies Baswedan yang kita tahu saat memimpin Jakarta, sebuah kota dengan tingkat heterogenitasnya yang cukup tinggi mampu menghadirkan beragam kebijakan yang akseptabel (diterima semua kalangan termasuk kalangan generasi muda).
Ruang-ruang publik bagi generasi muda khususnya mampu Anies hadirkan tanpa embel-embel apapun. Tentu ini semacam jawaban atas kegelisahan generasi muda selama ini yang hanya jadi objek dari sebuah kebijakan.
Anies justru mengajak generasi muda agar jadi subjek dalam sebuah kebijakannya. Ini tentu jadi harapan dan dambaan generasi muda kita di tengah dan kerasnya kompetisi di ibu kota Jakarta. Anies coba menghadirkan gagasan tentang ruang-ruang publik bisa di isi dengan gagasan, kreatifitas dan kebersamaan bukan dengan kompetisi.
Kehadiran Anies dalam gelanggang politik seperti pemantik bagi kami generasi muda yang sebelumnya skeptis untuk bangkit. Anies bisa memicu adrenalin kami generasi muda untuk siap merebut sudut-sudut kekuasaan yang tengah disesaki para pencari remah-remah kekuasaan.
Terimakasih partai NasDem karena engkaulah dialektika peradaban kini mulai tumbuh dan bangkit kembali. Dialektika peradaban adalah fondasi penting menuju bangsa yang kuat, rasional dan maju. Jayalah NasDem, pimpinlah kami Anies Baswedan. Di bawah spirit mu kami siap rapatkan barisan untuk Indonesia lebih maju! Salam Restorasi! (*/)