BANDARLAMPUNG-Ketua Komisi II DPRD Kota Bandar Lampung, Abdul Salim, melaksanakan sosialisasi Pembinaan Ideologi Pancasila dan wawasan kebangsaan (IP-WK) di Kelurahan Rajabasa Nyunyai, Kecamatan Rajabasa, Sabtu (18/11/2023).
“Saya kembali lagi melaksanakan kegiatan sosialisasi Pancasila. Hal ini terus dilakukan oleh 50 anggota DPRD se-Kota Bandarlampung, agar ajaran-ajaran Pancasila masuk ke dalam hati maqsyarakat, dengan demikian penerapan Pancasila dapat dilakukan dimulai dari rumah,” ujar Abdul Salim.
Politisi PAN ini menerangkan Pancasila adalah sumber dari segala sumber hukum dan juga sebagai filsafat hidup bangsa. “Sosialisasi IP-WK ini dilakukan karena merupakan salah satu tugas anggota DPRD untuk mengingat kembali kepada masyarakat, agar lebih cinta kepada NKRI. Jadi saya disini bukan kampanye, disini juga ada Panwas, kegiatan kita ini diawasi pihak Bawaslu,” jelasnya.
Sementara, narasumber pertama pada kegiatan tersebut, DR. Lina Maulidiana rektor Universitas Saburai, ia menjelaskan jika jaman dahulu kita perang melawan penjajahan. Dan belum ada Pancasila sehingga tidak ada persatuan untuk melawan penjajah, sehingga mari kita jaga Pancasila sebagai perekat persatuan dan kesatuan.
“Sekarang ini Mentri Pendidikan mencanangkan belajar bukan hanya di dalam kelas, tapi di luar kelas. Kan ada anak-anak disuruh bawa sapu, itu merupakan nilai-nilai gotong royong, mereka bekerja sama sehingga belajar dalam bergotong royong,” kata dia.
Sila-sila Pancasila mengandung makna-makna yang mengatur kehidupan sehari-hari, seperti sila pertama implementasinya adalah saling menghargai antar pemeluk agama, sila ke-dua maknanya adalah saling membantu antar sesama. “Makna sila kedua bagaimana kita saling bantu membantu, suksesnya seseorang tidak ada orang yang tidak butuh bantuan orang lain,” ungkapnya.
Sementara, sila ke-tiga maknanya dimana dengan adanya bisa menyatukan berbagai golongan bangsa, ras, suku, budaya, bahasa, agama dan sebagai. “Uniknya Pancasila berbeda tapi bisa menyatukan. Di Pancasila ada Bhineka Tunggal Ika bisa mempersatukan semua suku budaya, bahasa, ras agama dan sebagainya,” jelasnya.
Lalu, Filosofi sila ke-tiga pohon beringin melambangkan bisa mengayomi seluruh bangsa dengan perbedaan- perbedaan. Sila ke empat, Kepala banteng, implementasi Pancasila adalah musyawarah mufakat, berbeda pendapat biasa, tapi menyelesaikan perbedaan pendapat dengan musyawarah mufakat, sehingga tercipta damai dan sejahtera.
Sila ke-Lima padi dan kapas melambangkan kemakmuran, hidup sederhana serba kecukupan, tidak hidup bermewah-mewahan, itulah ciri bangsa Indonesia.
Nah, dengan adanya sosialisasi pembinaan Pancasila ini diharapkan masyarakat dapat kembali kepada ajaran leluhur bangsa yakni Pancasila. “Dengan program pemerintah menganggarkan sosialisasi Pancasila, tingkat kriminalitas berkurang dan tercipta hidup rukun dan damai sehingga Pancasila berlaku hukum masyarakat. Kata kunci keberhasilan implantasi Pancasila ada di keluarga untuk yakni orang tua dan anak,” tandasnya.
Selanjutnya, narasumber ke dua Ahmad Mulyono, Rektor UTB (Universitas Tulang Bawang) ia memaparkan empat pilar kebangsaan, yakni pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI.
“Jika tidak ada Pancasila, maka NKRI bubar, terpecah belah, kalau sudah terpecah belah, maka gampang di adu domba, kerajaan dulu kala, dengan mudah di adu domba, karena tidak bersatu, mari pertahankan kesatuan dan persatuan Indonesia demi keutuhan NKRI. (ron)