BANDARLAMPUNG-Majunya teknologi dan kemudahan mengakses internet menjadikan banyaknya budaya asing yang masuk ke negara Indonesia, sehingga tidak menutup kemungkinan juga nilai-nilai kearifan lokal dan budaya bangsa kian tergerus.
Oleh karena itu, melalui agenda Sosialisasi Pembinaan Ideologi Pancasila dan wawasan kebangsaan (PIP-WK) bersama belajar memupuk rasa persatuan dan kesatuan bangsa. “Seiring perkembangan zaman, saat ini juga banyak oknum dan pihak-pihak yang akan memecahkan belah persatuan dan kesatuan bangsa, baik melalui agama budaya dan lainnya,”ujar Dedi Yuginta, dalam agenda PIP-WK di Jalan Nakip, Kota Baru, Tanjung Karang Timur, Minggu (11/12/2022).
Menurut Dedi Yuginta, yang juga Ketua Komisi III DPRD Bandar Lampung ini, Indonesia adalah negara yang kaya raya dan Indonesia merdeka pun bukan hadiah dari penjajah akan tetapi hasil perjuangan pahlawan bangsa. Makanya kita harus selalu kompak dan bersatu untuk mempertahankan keutuhan NKRI. Negara kita mesti banyak perbedaan suku bangsa dan budaya, ras dan agama, dari berbagai pulau-pulau, namun kita disatukan dengan ideologi bangsa yakni Pancasila.
“Saat ini rasa cinta tanah air makin tergerus oleh perkembangan jaman dengan teknologi yang sudah canggih budaya asing masuk dan tidak terkontrol. Karena itu kita bersama-sama memfilter budaya asing dan senantiasa kita bersifat gotong royong, kita tumbuh kembangkan kembali rasa persatuan dan rasa cinta tanah air,” ucapnya.
Narasumber dari politisi PDI-Perjuangan Tunas Budi Lukito memaparkan bahwa di era globalisasi seperti saat ini semua dengan mudah bisa diakses. Dengan demikian juga budaya asing juga mudah masuk bkeng negara Indonesia. Oleh karena itu, sebaiknya masyarakat bisa memfilter budaya asing yang masuk, karena tidak sesuai dengan etika dan tata krama serta budaya dengan kearifan lokal budaya bangsa.
“Kenapa perlu memfilter budaya asing, karena supaya kita tidak kebablasan dan jangan sampai meninggal budaya Indonesia yang penuh dengan kearifan lokal yang terkenal dengan budaya sopan- santun. Budaya luar banyak yang tidak sesuai dengan budaya bangsa Indonesia,” ungkapnya.
Wawasan kebangsaan adalah wawasan nusantara yang mencakup Sosial, budaya, agama dan juga politik dan hankam serta lainnya. Negara Indonesia menganut Demokrasi Pancasila dengan mengutamakan musyawarah mufakat. Semua persoalan baik tingkat rendah dan pemerintah pun menggunakan musyawarah mufakat ini yang diutamakan,” paparnya.
Sementara, narasumber lain, Kusaeri Suwandi yang juga sebagai penasehat hukum (PH) menjelaskan history lahir Pancasila, tidak terpelas dari perjalanan panjang dari perjuangan para pendiri bangsa. Dan nilai-nilai Pancasila hidup di tengah- tengah masyarakat Indonesia dan sudah dijalankan dalam kehidupan sehari-hari.
“Pancasila sendiri adalah filosofi dan cara pandang bangsa Indonesia yang hidup di Indonesia. Lima sila Pancasila hidup yang dilakukan bangsa Indonesia. Dimana bangsa yang hidup Damai secara berdampingan meski berbeda agama dan juga suku bangsa. Namun, tetap satu kesatuan bangsa Indonesia,” tandasnya. (ron)